Lukman berpura-pura menjadi anggota Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya, agar dapat menikahi istri keduanya. Saya merasa prihatin dan terkejut ketika mendengar berita mengenai Lukman yang menjadikan alasan untuk menambah istri sebagai motifnya dalam menjadi polisi gadungan selama 4 tahun. Perbuatan yang dilakukan Lukman tersebut tidak hanya merugikan institusi kepolisian, tetapi juga merugikan masyarakat yang seharusnya dilindungi oleh seorang polisi. Peran seorang polisi seharusnya adalah untuk melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan pribadi dengan cara yang tidak etis. Tindakan Lukman sebagai polisi gadungan ini mengkhawatirkan karena dapat merusak citra institusi kepolisian. Kepercayaan masyarakat terhadap polisi dapat terganggu jika hal ini terus terjadi. Kepolisian harus memberikan sanksi yang tegas bagi oknum-oknum yang melakukan tindakan seperti ini agar dapat memberikan efek jera dan mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa depan. Selain itu, tindakan Lukman juga menunjukkan ketidakjujuran dan ketidakmampuan dalam menjalankan tugas sebagai polisi. Seorang polisi seharusnya memiliki integritas yang tinggi serta komitmen untuk melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Jika ada oknum yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi yang lebih ketat dalam proses perekrutan dan pengawasan terhadap anggota kepolisian. Saya berharap agar kasus seperti ini dapat menjadi pelajaran bagi seluruh anggota kepolisian untuk senantiasa menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas. Kepolisian harus melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan upaya memperbaiki citra kepolisian di mata masyarakat. Semoga kasus ini juga dapat menjadi peringatan bagi masyarakat untuk selalu waspada dan tidak mudah percaya pada oknum-oknum yang mencoba memanfaatkan profesi sebagai polisi untuk kepentingan pribadi.