Aksi nekat Epriyanto mengusir kedua debt collector itu divideokan oleh Ucok dan menjadi viral. Menurut saya, tindakan yang diambil oleh Ketua RW di Cilincing untuk mengusir paksa debt collector yang mangkal di wilayahnya adalah langkah yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa dia peduli dengan warganya dan berusaha melindungi mereka dari gangguan dan tekanan yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas debt collector illegal. Debt collector yang mangkal di wilayah tersebut tidak hanya meresahkan warga dengan cara yang tidak manusiawi, tetapi juga bisa saja menimbulkan konflik dan ketegangan di lingkungan tersebut. Tindakan ketua RW untuk mengusir mereka menunjukkan komitmen untuk menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan tersebut. Tindakan ini seharusnya juga menjadi peringatan bagi pihak-pihak yang melakukan praktik ilegal dalam penagihan utang. Mereka harus memahami bahwa tindakan semacam ini tidak akan ditoleransi oleh masyarakat dan akan mendapatkan respon yang tegas. Selain itu, pemerintah dan aparat keamanan juga seharusnya turut ambil bagian dalam menindaklanjuti kasus seperti ini untuk mencegah praktik ilegal oleh debt collector. Kesejahteraan dan perlindungan warga harus menjadi prioritas utama, dan mereka harus dilindungi dari segala bentuk penyalahgunaan dan intimidasi. Di sisi lain, pendekatan yang lebih humanis dan solutif sebenarnya lebih diharapkan dalam menyelesaikan masalah utang piutang. Sebaiknya, masalah tersebut bisa diselesaikan melalui mediasi dan negosiasi yang adil bagi kedua belah pihak tanpa perlu resort ke tindakan paksa. Ini akan lebih memberikan solusi jangka panjang tanpa menimbulkan konflik di antara para pihak yang terlibat. Akhir kata, tindakan yang diambil oleh Ketua RW di Cilincing ini patut diapresiasi dan dijadikan contoh bahwa warga harus bersatu dan melindungi satu sama lain dari praktik ilegal dan meresahkan seperti ini. Semoga tindakan ini juga bisa memberikan pelajaran bagi para debt collector lainnya untuk tidak melanggar aturan dan melindungi hak-hak konsumen dengan baik.