Sambangi Pasar Sanggam Adji Dilayas (SAD) Berau, Seno Aji mengatakan bahwa ketersediaan pangan lokal jadi tantangan program Makan Bergizi Gratis. Berita yang berjudul "Sambangi Pasar SAD Berau, Seno Aji Sebut Ketersediaan Pangan Lokal Jadi Tantangan Program MBG" menarik untuk dibahas, terutama dalam konteks ketahanan pangan di daerah-daerah yang mungkin masih menghadapi berbagai tantangan logistik dan infrastruktur. Kunjungan Seno Aji ke pasar di daerah tersebut menunjukkan perhatian yang serius terhadap kondisi pasar lokal dan pentingnya ketersediaan pangan yang memadai. Ini adalah langkah positif karena ketersediaan pangan lokal sangat krusial untuk mendukung program seperti MBG (Makanan Berbasis Gizi), yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Ketersediaan pangan lokal menjadi tantangan besar, terutama di daerah yang mungkin belum memiliki akses yang baik ke sumber daya pertanian atau distribusi pangan yang efisien. Ini mengindikasikan perlunya dukungan dari pemerintah dan pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur serta mendukung para petani lokal. Program yang berfokus pada pengembangan pangan lokal dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan memperkuat ketahanan pangan, terutama di tengah ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan iklim dan faktor eksternal lainnya. Selain itu, perhatian terhadap pangan lokal juga mencerminkan kebutuhan untuk memperkuat identitas budaya masyarakat setempat. Dengan mempromosikan pangan lokal, masyarakat juga dapat menghargai dan melestarikan warisan kuliner mereka. Ini menjadi penting dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan, di mana keberagaman pangan dapat meningkatkan kualitas gizi sekaligus menciptakan peluang ekonomi bagi petani lokal. Seno Aji, sebagai tokoh yang terlibat langsung dalam program ini, perlu bekerja sama dengan berbagai stake holder seperti dinas pertanian, koperasi, dan bahkan masyarakat itu sendiri. Dialog dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat akan sangat membantu dalam menyelesaikan tantangan yang ada. Diperlukan juga inovasi dalam cara distribusi dan penjualan pangan lokal agar lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Dengan keberanian untuk menghadapi tantangan ini, diharapkan program MBG dapat berjalan sukses dan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tentu saja, keberhasilan program ini tidak hanya terletak pada promosi pangan lokal semata, tetapi juga pada komitmen untuk menciptakan ekosistem yang mendukung dan berkelanjutan, yang dapat beradaptasi dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Kesimpulannya, berita ini menjadi pengingat pentingnya perhatian terhadap ketersediaan pangan lokal dan kebutuhan untuk mengembangkan program-program yang fokus pada ketahanan pangan. Sebuah upaya terpadu dan komprehensif diperlukan untuk memastikan bahwa program-program tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal dan berkelanjutan bagi masyarakat.