Merawat Kemabruran Puasa 23 - Dari Self-Love ke Selfishness

1 hari yang lalu
4


Loading...
Kata cinta di dalam bahasa Arab bertingkat-tingkat hingga 14 macam jenis cinta. Dalam Bahasa Inggris lumayan lebih banyak kosa katanya dari pada...
Judul berita 'Merawat Kemabruran Puasa 23 - Dari Self-Love ke Selfishness' memberikan sebuah perspektif yang menarik mengenai pemahaman dan praktik puasa, khususnya dalam konteks nilai-nilai yang dipegang oleh individu selama bulan suci Ramadan. Dalam dua tahun terakhir, isu tentang self-love atau cinta diri memang semakin mendominasi percakapan publik, dengan banyak orang berusaha untuk lebih memperhatikan kesehatan mental dan emosional mereka. Namun, berita ini tampaknya ingin menyoroti pergeseran antara mencintai diri sendiri dan terjerumus ke dalam sikap egois yang bisa menghalangi makna sesungguhnya dari puasa. Puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga merupakan waktu untuk merenungkan diri, berempati kepada orang lain, dan meningkatkan hubungan spiritual dengan Yang Maha Kuasa. Mengutamakan self-love terlalu berlebihan dapat menyebabkan kita lupa pada aspek kolektivitas yang harusnya menjadi fokus selama bulan Ramadan. Alih-alih hanya fokus pada kebutuhan dan keinginan pribadi, kita harus belajar untuk berbagi dan memperhatikan orang-orang di sekitar kita, terutama mereka yang kurang beruntung. Dengan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri, kita memang bisa meningkatkan kualitas hidup, tetapi saat menjaga keberimbangan, kita juga harus menyadari bahwa puasa sangat tergantung pada tindakan sosial dan spiritual kita. Ketika kita mendorong agenda self-love hingga ke titik di mana kita menjadi tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, kita sebenarnya merusak esensi puasa itu sendiri. Hal ini, menurut saya, adalah pesan kuat yang harus kita renungkan selama bulan Ramadan ini. Bukan hanya soal menurunkan berat badan atau meningkatkan kebahagiaan diri, puasa seharusnya juga mengajak kita untuk menggali lebih dalam tentang memberi, berbagi, dan menghargai orang lain. Dalam konteks bersosial, self-love seharusnya membawa kita ke titik di mana kita merasa mampu memberikan lebih banyak kepada masyarakat, bukan justru tersisih ke dalam keegoisan pribadi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meninjau kembali tujuan puasa dan bagaimana kita dapat mengintegrasikan nilai-nilai positif dari self-love tanpa kehilangan esensi berbagi dengan orang lain. Di akhir, berita ini mengajak publik untuk merenungkan dan melakukan refleksi diri. Pada dasarnya, bulan Ramadan seharusnya menjadi momen untuk memperkuat hubungan kita — baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Ketika kita berhasil menemukan keseimbangan antara mencintai diri sendiri dan memperhatikan kebutuhan orang di sekitar, kita tidak hanya merawat kemabruran puasa tetapi juga berkontribusi pada kebaikan sosial yang lebih luas. Oleh sebab itu, marilah kita menjadikan bulan suci ini sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, tidak hanya sebagai individu tetapi juga sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment