Takbir Keliling Dilarang, Warga Surabaya Diimbau Takbiran di Masjid

6 hari yang lalu
7


Loading...
Wali Kota Surabaya larang takbir keliling saat Idul Fitri 2025 untuk mencegah kecelakaan. Takbir diimbau dilakukan di masjid atau musala.
Berita mengenai larangan takbir keliling di Surabaya dan imbauan untuk melaksanakan takbiran di masjid adalah langkah yang cukup menarik untuk dianalisis dari berbagai perspektif. Pada umumnya, kegiatan takbir keliling merupakan tradisi yang sudah lama dilaksanakan oleh masyarakat Muslim, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun, kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah sedang mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih luas, seperti keamanan, ketertiban, dan kesehatan masyarakat. Salah satu alasan yang mungkin mendasari larangan ini adalah upaya menjaga keamanan dan ketertiban umum. Dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan takbir keliling telah diwarnai oleh kepadatan lalu lintas dan potensi timbulnya kerusuhan. Situasi ini tentunya bisa menciptakan ketidaknyamanan, baik bagi peserta takbir maupun masyarakat umum yang tidak terlibat. Dengan mengalihkan kegiatan takbiran ke dalam masjid, pemerintah berharap dapat mengurangi risiko tersebut dan menciptakan suasana yang lebih tenang untuk beribadah. Dari kacamata kesehatan, terutama di tengah situasi pandemi yang masih berlangsung, pembatasan jenis kegiatan yang melibatkan kerumunan adalah langkah yang responsif. Masyarakat perlu menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri dan orang lain, dan larangan takbir keliling dapat menjadi solusi untuk menghindari potensi penyebaran virus. Namun, perlu ada komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk menjelaskan alasan di balik kebijakan ini, agar masyarakat dapat memahami dan menerima keputusan tersebut dengan baik. Di sisi lain, tradisi takbir keliling memiliki nilai sosial dan budaya yang signifikan. Kegiatan ini biasanya menjadi ajang silaturahmi antarwarga dan memperkuat rasa kebersamaan di antara komunitas. Oleh karena itu, pemerintah perlu mencari cara untuk mengakomodasi nilai-nilai tersebut dalam bentuk yang lebih aman dan teratur. Misalnya, dengan mengadakan acara takbiran di masjid yang diisi dengan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat, seperti pembacaan doa, ceramah, atau hiburan yang tetap menjaga protokol kesehatan. Selanjutnya, penting pula bagi masyarakat untuk mengonsolidasikan sikap dan bersama-sama mendukung keputusan ini. Dengan berpegang pada prinsip kesatuan dan menghormati keputusan yang diambil oleh pemerintah, masyarakat dapat merayakan hari raya dengan cara yang tetap khusyuk meski dalam kondisi yang berbeda. Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk tetap kreatif dalam mencari alternatif kegiatan yang bisa dilakukan di lingkungan masing-masing, baik itu di dalam masjid maupun di rumah. Akhirnya, kebijakan ini adalah peluang bagi masyarakat dan pemerintah untuk bekerja sama dalam menciptakan suasana yang baik selama hari raya, baik dari aspek ibadah maupun interaksi sosial. Selama semua pihak saling mendukung dan menghormati keputusan satu sama lain, momen hari raya ini tetap bisa dirayakan dengan penuh makna, meskipun dalam format yang berbeda. Keseimbangan antara tradisi dan kepentingan sosial menjadi tantangan yang menarik untuk dihadapi bersama dalam upaya membangun masyarakat yang lebih baik dan harmonis.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment