Pemkot Jakarta Timur segera berkoordinasi dengan BBWSCC untuk perbaikan jalan longsor di Kebon Manggis demi akses warga. Berita mengenai amblasnya jalan di Kebon Manggis akibat turap longsor menunjukkan pentingnya perhatian terhadap infrastruktur dan pengelolaan lingkungan. Peristiwa tersebut menjadi pengingat bahwa infrastruktur yang tidak terawat dan kurangnya perhatian terhadap kondisi tanah dan lingkungan sekitar dapat mengakibatkan bencana yang merugikan masyarakat. Keberadaan turap yang berfungsi untuk menahan tanah dan mencegah longsor sangatlah vital, terlebih di daerah yang memiliki kontur tanah yang rawan. Ketika turap mengalami kerusakan dan tidak segera ditangani, risiko terjadinya longsor akan semakin meningkat. Penyebab longsor sendiri bisa sangat beragam, mulai dari hujan deras yang mengguyur, adanya penggalian tanah yang tidak sesuai dan faktor lainnya. Dalam hal ini, peranan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum-Ciliwung (BBWSCC) menjadi sangat krusial untuk melakukan pemantauan dan pemeliharaan secara berkala. Langkah yang diambil oleh Plt Wali Kota Jakarta Timur untuk melayangkan surat kepada BBWSCC menunjukkan respons yang cepat dan perlu mendapatkan apresiasi. Penting bagi pemerintah daerah untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan instansi yang bertanggung jawab mengenai pengelolaan sumber daya air dan infrastruktur. Ini adalah contoh kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah dengan pusat untuk mempercepat penanganan masalah yang ada di lapangan. Amblasnya jalan juga bisa berdampak pada mobilitas masyarakat. Jalan yang tidak dapat dilalui akan mengganggu akses transportasi dan aktivitas ekonomi. Ini sangat berarti bagi warga setempat yang bergantung pada aksesibilitas untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu diambil tindakan cepat untuk memperbaiki kerusakan dan menjamin keselamatan warga. Selain aspek teknis, peristiwa ini juga perlu mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan. Masyarakat perlu diajak untuk lebih memahami kondisi lingkungan sekitar mereka, termasuk dampak dari pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Dengan peningkatan kesadaran ini diharapkan dapat menjadi bagian dari pencegahan bencana di masa yang akan datang. Pada akhirnya, kejadian-kejadian seperti ini harus menjadi pelajaran berharga. Ini mengingatkan kita akan perlunya integrasi antara perencanaan pembangunan, pemeliharaan infrastruktur, dan perhatian terhadap kondisi lingkungan. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat meminimalkan risiko dan menjaga keselamatan masyarakat dari bencana yang disebabkan oleh kerusakan infrastruktur. Mari kita berharap bahwa penanganan cepat dan efektif dapat dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.