MIRIS, 6 Pelajar Jombang Memposting Konten Gangster di Medsos, Kesankan Kota Santri Tidak Aman

10 April, 2025
5


Loading...
Postingan itulah yang disebut membentuk opini publik seakan Kota Santri sudah tidak aman dan membuat masyarakat resah
Berita mengenai enam pelajar di Jombang yang memposting konten gangster di media sosial menarik perhatian banyak pihak, terutama mengingat Jombang dikenal sebagai kota santri yang sarat nilai-nilai keagamaan dan budaya. Tindakan yang dilakukan oleh para pelajar ini tentu mengundang keprihatinan, karena mencerminkan sisi gelap yang bertentangan dengan identitas kota yang selama ini dikenal sebagai tempat pendidikan agama dan keteladanan. Pertama, penting untuk memahami konteks sosial dan budaya di balik tindakan ini. Remaja sering kali mencari jati diri, dan dalam proses tersebut, beberapa di antaranya mungkin terpengaruh oleh lingkungan sosial atau media yang mempromosikan gaya hidup yang menyimpang. Dengan kemajuan teknologi dan akses mudah ke informasi, mereka dapat terpapar dengan konten negatif yang dapat mengubah cara berpikir dan berperilaku. Ini menunjukkan perlunya pendampingan dan bimbingan dari orang tua serta lembaga pendidikan untuk memastikan mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Selain itu, konten yang diposting dapat memberikan dampak negatif tidak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat di sekitar. Konten yang menggambarkan tindakan gangster, meskipun mungkin dianggap sebagai lelucon atau hiburan, dapat menciptakan ketakutan dan ketidakamanan di kalangan masyarakat. Hal ini akan merusak citra Jombang sebagai kota santri yang seharusnya menjadi contoh baik bagi daerah lain. Masyarakat umum dapat merasa terancam ketika remaja yang seharusnya menjadi harapan masa depan justru menunjukkan perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai luhur. Lebih jauh lagi, tindakan ini seharusnya menjadi pengingat bagi semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, untuk lebih proaktif dalam menangani permasalahan perilaku remaja. Program-program edukasi yang menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dan perilaku baik di media sosial perlu ditingkatkan. Selain itu, perlu adanya pengawasan dan pembinaan dari pihak sekolah dan orang tua untuk memastikan bahwa remaja memahami penggunaan media sosial dengan bijak, sehingga mereka dapat membedakan antara konten yang positif dan negatif. Terakhir, kita perlu mendorong dialog terbuka antara generasi tua dan muda. Dengan menciptakan ruang bagi remaja untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat mereka, kita bisa lebih memahami dinamika yang mereka hadapi. Dari situ, kita dapat berkolaborasi untuk menemukan solusi yang konstruktif, agar mereka tidak merasa terasing dan terus mencari pengakuan melalui tindakan yang merugikan. Dengan pendekatan yang holistik dan penuh kasih sayang, diharapkan generasi muda dapat diarahkan ke jalan yang lebih baik dan menjadi agen perubahan yang positif bagi masyarakat.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment