Loading...
Farel Yuda Kusuma (18) remaja asal Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang mengisi aktivitas di luar sekolah
Berita tentang Farel Yuda Kusuma, seorang pelajar dari Jombang yang berhasil berkarya dalam produksi wayang kulit dan menjadi dalang, merupakan contoh inspiratif yang menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dan peran generasi muda dalam pelestariannya. Wayang kulit adalah salah satu warisan budaya yang sangat berharga, bukan hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Manusia. Melihat seorang pelajar seperti Farel yang aktif dalam dunia seni tradisional ini menandakan bahwa budaya lokal masih memiliki tempat di hati generasi muda.
Dalam konteks perkembangan zaman yang semakin modern, sering kali kita melihat budaya tradisional terpinggirkan oleh pengaruh budaya pop dan teknologi. Namun, Farel membuktikan bahwa dengan ketekunan dan kreativitas, seni tradisional tetap dapat berkembang dan relevan dengan minat serta selera masyarakat saat ini. Farel tidak hanya memproduksi wayang kulit, tetapi juga menjadikan dirinya sebagai dalang, yang menunjukkan bahwa ia menghayati dan memahami seni tersebut dengan lebih dalam. Ini adalah langkah penting untuk menjaga keberlangsungan seni tradisional di tengah arus globalisasi yang sangat kuat.
Lebih jauh lagi, peran Farel sebagai pelaku seni muda dapat memotivasi teman-teman sebayanya untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal. Dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang ini, penting bagi generasi muda untuk tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga menciptakan dan berkontribusi dalam pelestarian budaya melalui karya-karya mereka. Ketika pelajar seperti Farel berhasil menunjukkan bahwa budaya tradisional juga bisa menjadi sumber kreativitas dan inovasi, maka hal tersebut dapat memicu semangat kolektif untuk menggali lebih dalam tentang warisan budaya yang ada.
Farel juga bisa dianggap sebagai jembatan antara generasi tua dan generasi muda. Dia tidak hanya belajar dari para pendahulunya, tetapi juga bisa memberikan perspektif baru tentang cara penyampaian wayang kulit agar lebih menarik bagi generasi muda. Inovasi dalam bentuk penyampaian, misalnya melalui penggunaan media sosial atau teknologi lainnya, sangat penting untuk mendekatkan seni wayang kulit kepada audiens yang lebih luas. Pendekatan ini bisa menjadi salah satu cara agar seni budaya ini tidak hanya dipandang sebagai tradisi, tetapi juga sebagai bentuk ekspresi yang dinamis dan relevan.
Meskipun perjalanan Farel masih panjang, tentunya keberhasilannya dan dedikasinya dalam memproduksi wayang kulit menjadi contoh yang patut dicontoh. Dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga kebudayaan juga sangat diperlukan untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seniman muda seperti Farel agar bisa lebih berkembang dan berkarya. Dengan adanya sinergi antara generasi muda dan masyarakat dalam melestarikan budaya, kita dapat berharap bahwa warisan budaya Indonesia, seperti wayang kulit, akan tetap hidup dan diteruskan ke generasi yang akan datang.
Akhirnya, berita ini bukan hanya sekadar kisah sukses individu, tetapi juga sebuah panggilan bagi kita semua untuk lebih menghargai dan merawat budaya kita. Dalam dunia yang semakin homogen ini, melestarikan dan merayakan perbedaan budaya adalah tanggung jawab bersama. Farel Yuda Kusuma sebagai pelajar dan dalang muda adalah simbol harapan dan kebangkitan seni tradisional yang perlu kita dukung dan apresiasi. Mari kita bersama-sama menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya bangsa untuk masa depan yang lebih kaya dan berwarna.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment