Proyek Mini Zoo Purworejo yang dibangun di lahan 1 hektare sejak 2023 itu kini terhenti. Terlihat kerusakan di beberapa titik. Berita tentang proyek Mini Zoo di Purworejo yang senilai Rp 9,4 miliar yang mangkrak tentunya menarik perhatian banyak pihak, terutama bagi mereka yang peduli dengan pengembangan pariwisata dan pelestarian satwa. Proyek yang seharusnya menjadi daya tarik wisata dan bisa membawa manfaat ekonomi untuk daerah tersebut menjadi sorotan ketika tidak berjalan sesuai harapan. Dalam konteks ini, ada beberapa aspek yang patut dikaji lebih dalam. Pertama, masalah pengelolaan dan perencanaan proyek. Ketika sebuah proyek dengan nilai investasi yang cukup besar tidak dapat diselesaikan, ini menunjukkan adanya kekurangan dalam hal perencanaan, pengawasan, dan pelaksanaan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, atau ketidakkonsistenan antara anggaran yang disediakan dengan kenyataan di lapangan. Tentu saja, hal ini perlu dievaluasi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Kedua, dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Proyek Mini Zoo seharusnya menjadi sumber lapangan pekerjaan dan peningkatan kunjungan wisatawan ke Purworejo. Dengan proyek yang mangkrak, masyarakat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan manfaat ini. Selain itu, hal ini juga dapat menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat yang berharap proyek tersebut dapat meningkatkan ekonomi daerah mereka. Pemerintah daerah perlu bertanggung jawab untuk memberikan transparansi mengenai penyebab mangkraknya proyek ini dan bagaimana rencana tindak lanjutnya. Ketiga, aspek lingkungan dan konservasi. Jika Mini Zoo ini direncanakan untuk menjadi tempat pelestarian satwa serta edukasi lingkungan, maka mangkraknya proyek ini bisa berarti kerugian bagi upaya konservasi. Edukasi dan penyuluhan mengenai pentingnya pelestarian satwa dan lingkungan seiring dengan pengembangan pariwisata sangatlah penting. Maka dari itu, penting bagi pihak terkait untuk menyusun kembali strategi yang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada aspek edukatif dan pelestarian. Keempat, ada baiknya melibatkan masyarakat dan stakeholder lainnya dalam menyusun ulang rencana proyek ini. Masyarakat lokal yang berkepentingan bisa memberikan masukan yang berharga mengenai apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diharapkan dari proyek tersebut. Selain itu, kolaborasi dengan lembaga konservasi dan organisasi non-pemerintah yang berpengalaman dalam pengelolaan wildlife park dapat membantu memastikan bahwa proyek tersebut berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Akhir kata, isu tentang proyek Mini Zoo Purworejo yang mangkrak mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam pengelolaan proyek pemerintah. Diperlukan komitmen dan sinergi antara pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa proyek-proyek yang dicanangkan dapat berjalan dengan baik, serta memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan. Penanganan yang tepat terhadap proyek ini tidak hanya akan memulihkan kepercayaan publik, tetapi juga akan menjadi langkah positif menuju pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.