Ines Kustanti, pelajar dari Timika, Papua, berjuang mengikuti UTBK di Surabaya untuk mewujudkan cita-citanya kuliah di Universitas Airlangga. Berita mengenai perjuangan Ines yang terbang dari Papua ke Surabaya demi mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Airlangga (Unair) menarik perhatian banyak orang. Kisah seperti ini mencerminkan semangat dan dedikasi yang tinggi dari para pelajar di Indonesia, khususnya mereka yang berasal dari wilayah terpencil. Pertama-tama, perjuangan Ines mencerminkan tantangan yang sering dihadapi oleh siswa di daerah terpencil. Akses terhadap pendidikan yang berkualitas sering kali menjadi masalah, mengingat banyaknya kendala baik dari segi infrastruktur maupun ekonomi. Perjalanan yang harus ditempuh Ines tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga biaya, menunjukkan ketekunan dan komitmen yang luar biasa untuk mencapai cita-citanya. Kedua, kisah Ines juga menyoroti pentingnya sistem pendidikan yang lebih inklusif di Indonesia. Meskipun ada banyak program dan usaha untuk meningkatkan akses pendidikan, realitasnya masih ada banyak anak muda yang berjuang untuk mendapatkan kesempatan yang adil. Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu lebih memperhatikan kondisi daerah-daerah terpencil, memberikan dukungan serta fasilitas yang memadai agar siswa di daerah tersebut tidak kalah saing dengan siswa dari kota besar. Lebih lanjut, keberanian Ines bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, tidak hanya bagi pelajar di daerah terpencil, tetapi juga bagi masyarakat luas. Kisah ini mengajak kita untuk terus berusaha dan tidak menyerah dalam mengejar impian, bahkan ketika menghadapi berbagai rintangan. Semangat juangnya menunjukkan bahwa dengan tekad yang kuat, apapun bisa dicapai. Selain itu, penting untuk diingat bahwa kisah-kisah seperti ini harus diberitakan dan dipublikasikan agar lebih banyak orang menyadari tantangan yang dihadapi oleh siswa di sana. Media memiliki peran penting dalam membangkitkan kesadaran sosial dan mendorong diskusi yang lebih luas mengenai kebijakan pendidikan dan dukungan bagi siswa. Dengan adanya perhatian yang lebih, diharapkan akan ada langkah konkret yang diambil untuk memperbaiki kondisi pendidikan di daerah terpencil. Secara keseluruhan, perjuangan Ines terbang dari Papua ke Surabaya demi mengikuti UTBK di Unair bukan hanya sekadar cerita individu, melainkan merupakan gambaran dari tantangan besar yang dihadapi oleh banyak pelajar di Indonesia. Kebutuhan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi semua pihak, terutama mereka yang berada di daerah terpinggirkan, adalah tugas bersama yang harus direspons dengan serius. Kisah semangat perjuangan seperti Ines seharusnya menjadi pengingat dan motivasi untuk terus berkomitmen dalam menciptakan pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang.