Kelakar Pramono soal Taman: Kalau Curhat Tak Perlu ke Mobil, Bisa ke Taman

6 hari yang lalu
6


Loading...
Gubernur Pramono Anung rencanakan penggabungan tiga taman di Kebayoran Baru, Jakarta.
Berita yang berjudul 'Kelakar Pramono soal Taman: Kalau Curhat Tak Perlu ke Mobil, Bisa ke Taman' menunjukkan sisi humoris dari Pramono Anung, seorang tokoh publik yang sering kali terlihat serioso dalam menjalankan tugasnya. Dengan menggunakan taman sebagai metafora untuk berbagi cerita atau curah pendapat, Pramono berhasil menghadirkan nuansa yang lebih santai dan akrab kepada publik. Hal ini dapat dilihat sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, terutama di tengah situasi yang sering kali penuh ketegangan dan dinamika politik. Humor memang sering kali menjadi sarana yang efektif untuk meredakan ketegangan. Dengan memberikan pernyataan yang lucu dan mengundang senyuman, Pramono bukan hanya berhasil menarik perhatian publik, tetapi juga menunjukkan bahwa para pemimpin bisa bersikap lebih dekat dengan rakyat. Mengganti mobil—simbol kekuasaan dan formalitas—dengan taman, tempat berkumpul yang lebih kasual, adalah sebuah gambaran yang mencerminkan harapan akan transparansi dan keterbukaan dalam berkomunikasi antara pemimpin dan masyarakat. Namun, di balik kelakar tersebut, terdapat pesan yang lebih dalam mengenai pentingnya ruang untuk berdialog secara terbuka. Taman sebagai tempat berkumpul dapat diibaratkan sebagai wadah yang ramah untuk mendengarkan aspirasi dan keluh kesah masyarakat. Situasi di mana orang merasa nyaman untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka bisa menciptakan jembatan komunikasi yang lebih baik antara pemimpin dan rakyat. Dalam konteks ini, humor Pramono bisa dianggap sebagai undangan untuk berdiskusi dan memberi masukan, bukan hanya dari sudut pandang formal. Selain itu, dalam era di mana banyak orang cenderung bergerak dalam ritme yang cepat dan dalam kendaraan yang membawa mereka dari satu tempat ke tempat lain, mengajak orang untuk bersantai di taman adalah sebuah pengingat untuk memperlambat laju kehidupan. Menghabiskan waktu di taman dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk introspeksi atau bahkan berbagi kisah-kisah yang mungkin terabaikan dalam keseharian. Ini bisa menjadi ajakan untuk saling mendengarkan dan merenungkan banyak hal, baik yang bersifat pribadi maupun sosial. Dari perspektif komunikasi sosial, pernyataan Pramono ini juga dapat dilihat sebagai strategi untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu yang lebih rumit atau kontroversial. Humor bisa berfungsi untuk menjaga relevansi dan menarik simpati masyarakat, khususnya di saat-saat tertentu ketika opini publik mungkin sedang tidak menguntungkan. Namun, penting untuk diingat bahwa di balik semua itu, tindakan nyata tetap diperlukan untuk membuktikan konsistensi antara kata dan tindakan. Kesimpulannya, pernyataan kelakar Pramono tentang taman tidak hanya sekadar guyonan, tetapi merupakan refleksi dari cara yang lebih humanis dalam berpolitik. Ia berhasil menciptakan ruang yang lebih inklusif untuk berbicara tentang isu-isu penting, mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi yang baik, serta memberikan inspirasi untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Semoga langkah dan sikap positif semacam ini dapat terus diupayakan oleh para pemimpin di berbagai tingkatan.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment