Loading...
Tinggal di bantaran sungai atau pindah ke rusun? Rano Karno sebut Rusunawa Green Jagakarsa lebih aman meski biaya sewa lebih tinggi.
Berita mengenai warga Jakarta yang terpaksa tinggal di rusun akibat banjir adalah refleksi serius dari tantangan yang dihadapi kota besar ini. Situasi ini tidak hanya mencerminkan masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang kompleks. Jakarta, sebagai ibu kota negara, seringkali menjadi sorotan karena masalah infrastruktur dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata, termasuk banjir yang terjadi hampir setiap tahun.
Fenomena banjir ini kian merugikan, terutama bagi warga yang tinggal di kawasan rawan. Banyak di antara mereka yang kehilangan harta benda, tempat tinggal, dan bahkan keselamatan jiwa. Tinggal di rumah susun (rusun) bisa menjadi solusi jangka pendek, tetapi hal ini juga menimbulkan tantangan baru. Kehidupan di rusun sering kali tidak memenuhi standar emosional dan psikologis bagi banyak orang, yang terbiasa tinggal di rumah dengan ruang pribadi. Ada juga risiko stigma sosial dan keterasingan yang dihadapi mereka yang tinggal di rusun.
Dari sudut pandang sosial, keadaan ini menyoroti ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Mereka yang paling rentan sering kali adalah mereka yang kurang memiliki sumber daya untuk bangkit kembali setelah bencana. Ini menunjukkan perlunya intervensi pemerintah yang lebih baik dalam hal perencanaan tata ruang dan kebijakan mitigasi bencana. Pemerintah harus menciptakan infrastruktur yang tidak hanya dapat menangani banjir secara efektif, tetapi juga mampu memberikan dukungan bagi masyarakat yang terdampak.
Isu ini juga menuntut perhatian terhadap adaptasi iklim. Dengan perubahan iklim yang memperburuk kekinian, Jakarta harus mempertimbangkan strategi yang lebih proaktif dalam pengelolaan sumber daya air dan penataan ruang kota. Penghijauan lahan, pembangunan resapan air, serta revitalisasi daerah aliran sungai merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan secara konsisten dan terencana.
Menghadapi kenyataan ini, partisipasi masyarakat juga sangat penting. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian; dibutuhkan kolaborasi antara warga, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Edukasi kepada warga mengenai penanganan bencana, serta pengembangan komunitas yang tanggap bencana menjadi hal yang krusial dalam mengurangi risiko dan dampak banjir di masa mendatang.
Akhirnya, ke depan, penting bagi Jakarta untuk mengevaluasi dan menjadikan pengalaman ini sebagai pelajaran berharga. Solusi yang holistik dan berkelanjutan tidak hanya mampu mengatasi masalah banjir, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Membangun komunitas yang resilien terhadap bencana adalah tanggung jawab bersama yang harus dijunjung oleh semua pihak.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love

Care
Haha

Wow

Sad

Angry
Comment