Pemerintah, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama menetapkan 1 Syawal 1446 Hijriah ata Idul Fitri 2025 Berita mengenai penetapan hari Idul Fitri 2025 yang bersamaan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) menunjukkan langkah positif dalam memperkuat persatuan di tengah keragaman praktik beragama di Indonesia. Sebagai dua organisasi Islam terbesar di Tanah Air, kesepakatan ini mencerminkan komitmen dari kedua belah pihak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kolaborasi di antara umat Muslim. Sejak lama, perbedaan metode penentuan waktu hari besar Islam, terutama Idul Fitri dan Idul Adha, telah menjadi isu yang cukup sensitif. Muhammadiyah umumnya menggunakan metode hisab, kalkulasi astronomi, sedangkan NU lebih cenderung pada metode rukyah, yaitu pengamatan langsung terhadap bulan. Perbedaan ini kadang-kadang menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat, terutama saat perayaan hari besar. Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan muncul sebuah pola yang lebih harmonis dalam merayakan hari-hari besar keagamaan. Kesepakatan ini juga bisa menjadi contoh bagi organisasi-organisasi keagamaan lain di Indonesia dan bahkan di dunia. Di tengah berbagai tantangan global yang mengarah pada polarisasi, kerjasama antara dua organisasi Islam yang memiliki basis massa besar seperti Muhammadiyah dan NU bisa menjadi inspirasi bahwa perbedaan tidak seharusnya menjadi penghalang untuk bersatu. Dialog dan kolaborasi yang baik dapat menghasilkan solusi yang menguntungkan semua pihak. Di sisi lain, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mendukung inisiatif seperti ini agar tidak hanya terbatas pada kesepakatan formal, tetapi juga bisa diterima dan dipraktekkan oleh seluruh umat. Edukasi mengenai konsep dan filosofi dari metode penanggalan yang digunakan oleh masing-masing organisasi perlu dilakukan, sehingga masyarakat luas dapat memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Kesepakatan ini juga membuka peluang untuk meningkatkan kegiatan sosial dan budaya antara kedua organisasi. Misalnya, melaksanakan kegiatan khitanan massal, pasar murah, atau acara berbagi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat menjelang hari raya. Hal ini tidak hanya memperkuat bond antar anggota, tetapi juga menunjukkan kontribusi positif umat Islam bagi masyarakat luas. Akhirnya, dengan terbentuknya kesepakatan ini, semoga dapat berkontribusi pada penguatan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Tindakan seperti ini bisa menjadi fondasi yang baik untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling menghormati, sehingga setiap individu, terlepas dari keyakinan atau latar belakangnya, dapat merasakan perayaan hari raya dengan penuh suka cita dan kedamaian.