Sebanyak 12 calon haji asal Kalimantan Selatan (Kalsel) dipastikan tidak dapat diberangkatkan tahun ini Berita mengenai batalnya keberangkatan 12 calon haji dari Kalimantan Selatan (Kalsel) karena tidak dapat melunasi biaya pelunasan ibadah haji (bipih) adalah sebuah cerminan dari tantangan yang dihadapi oleh banyak calon jemaah haji di Indonesia. Proses pelunasan ini memang menjadi salah satu tahapan penting yang harus dilalui oleh setiap calon haji, dan kegagalan untuk memenuhi kewajiban tersebut dapat berujung pada batalnya perjalanan ibadah yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Salah satu faktor yang mungkin menyebabkan calon jemaah haji tersebut tidak dapat melunasi bipih adalah kondisi ekonomi yang tidak menentu. Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian, banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan. Situasi ini jelas mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk memenuhi berbagai kewajiban, termasuk biaya perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Selain itu, perlu ada perhatian lebih mengenai transparansi dan keadilan dalam pengelolaan biaya haji. Pemerintah dan instansi terkait seharusnya memberikan informasi yang jelas dan memadai mengenai biaya yang dibutuhkan, serta memberikan solusi bagi calon jemaah yang kesulitan secara finansial. Sebagai contoh, program dan bantuan yang dapat membantu masyarakat yang tidak mampu adalah langkah yang sangat diperlukan, agar setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk melaksanakan ibadah haji. Di sisi lain, berita ini juga mengingatkan kita akan pentingnya perencanaan keuangan sebelum mendaftar sebagai calon haji. Calon jemaah seharusnya menyiapkan diri, baik secara finansial maupun mental, jauh sebelum waktu keberangkatan. Ini termasuk memahami seluruh proses dan biaya yang terlibat, serta mempersiapkan dana cadangan untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga yang bisa muncul. Kendati keberangkatan 12 calon jemaah ini batal, saya berharap bahwa mereka tetap memiliki harapan dan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji di masa yang akan datang. Pemerintah harus terus berupaya untuk menciptakan kebijakan yang mendukung masyarakat agar tidak ada lagi yang terpaksa batal berangkat karena masalah finansial. Dalam konteks ini, keputusan untuk berangkat haji haruslah merupakan sebuah keputusan yang terencana dengan baik, sehingga jemaah dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk tanpa dibebani kekhawatiran akan masalah finansial. Secara keseluruhan, situasi ini merupakan pengingat bagi kita semua tentang tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan salah satu rukun Islam ini. Semoga ke depannya, akan ada lebih banyak solusi dan dukungan yang diberikan, agar setiap umat Muslim memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah haji dengan layak dan bermartabat.